Nujuh Bulan

Bila ada seorang ibu yang sedang hamil dan kehamilan tersebut memasuki bulan yang ketujuh maka diadakan kenduri mengundang kerabat atau tetangga. Kenduri ini umumnya dilakukan pada masa kehamilan anak pertama dan pada tanggal yang mengandung unsur angka 7 yaitu tanggal 7,17 atau 27 pada bulan ketujuh masa kehamilan tersebut.

Nujuh Bulan ini bernuansa Islam, oleh sebab itu dalam Nujuh Bulan ini dilakukan pembacaan tahlil. Dalam kenduri ini dibacakan surat Yusuf, surat Mariam dan Surat Ar-Rahman. Ketiga surat ini dibacakan oleh tujuh orang pada waktu yang bersamaan sedangkan orang yang lain yang datang pada kenduri ini membaca surat-surat pendek lainnya. Setelah pembacaan ketiga surat itu, baru dilanjutkan dengan tahlilan bersama-sama. Nujuh Bulan ini mempunyai tujuan sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas peristiwa penting dalam kehidupan perempuan dewasa yang sedang hamil yang kelak nantinya ia akan menjadi seorang ibu, atau syukur terhadap anugrah berupa kehamilan istri atau karunia akan didapatkan ananda tercinta.

Dalam Nujuh Bulan ini selalu ada rujakan. Rujak ini terdiri dari tujuh macam buah-buahan, buah delima merupakan buah pokok dalam rujakan ini sedangkan campuran buah lainnya yang sering digunakan adalah, kelapa muda, jeruk bali, anggur, apel, nanas, mangga atau bisa juga diganti dengan buah yang lainnya.

source: http://budaya-betawi.blogspot.com/2008/02/nujuh-bulan.html
Read more...

Bir Pletok

Bir, identik dengan minuman yang berasal dari barat yang dapat memabukan jika diminum. Namun di Betawi minuman yang satu ini memiliki keunikan dan cita rasa tersendiri dan tidak memabukan seperti minuman berjenis bir pada umumnya.

Namanya "Bir Pletok" minuman yang diadopsi dari barat ini dimodifikasi oleh Orang Betawi mulai dari cara pembuatan dan penyajiannya. Konon nama Bir Pletok ini digunakan karena pada saat dimasak bir ini mengeluarkan bunyi "pletak-pletok".

Cerita lainnya juga yang menjadi cikal bakal minuman Bir Pletok ini adalah ketika pada zaman kolonial Belanda menguasai Batavia (Jakarta), para kompeni Belanda senang minum-minum bir yang kemudian menimbulkan efek samping yang memabukan itu. Hal ini dilihat oleh Orang Betawi ketika para kompeni mabuk da ketika itu munculan ide Orang Betawi untuk membuat minuman yang tidak kalah enaknya dengan bir yang diminum oleh kompeni tersebut. Lantas dibuatlah minuman yang dapat menghangatkan dan menyehatkan badan yang kemudian dikenal dengan nama "Bir Pletok".

Setelah saya sedikit bercerita tentang asal usul Bir Pletok ini, saya ingin berbagi resep dan cara membuat minuman yang menghangatkan tubuh ini.

Bahan:
1 1/2 liter air
150 ml gula pasir (sesuai selera)
sedikit garam
1 batang kayu manis
3 batang serai
50 gr jahe, kupas, memarkan
1 jumput kayu angin
1/2 sdt garam
1 jumput akar secang

Cara membuat:
1. Rebus air hingga mendidih, kemudian masukkan kayu manis, serai, jahe dan kayu angin, dan akar secang lalu masak sampai beraroma.
2. Masukkan gula pasir dan garam, kecilkan api, rebus kembali 15 menit, angkat.

Bir pletok ini dapat dihidangkan dalam keadaan panas atau dingin sesuai selera.

source: http://budaya-betawi.blogspot.com/2008/02/bir-pletok.html
Read more...

Rumah Adat

Pada masa sekarang ini rumah-rumah adat tradisional khas Betawi yang benarbenar asli di Jakarta sudah sangat langka. Namun, di beberapa tempat seperti di sekitar Marunda, Condet maupun daerah-daerah pinggiran lain, rumah tradisional khas Betawi masih dapat ditemukan.
Ada 4 (empat) tipe bentuk rumah tradisional yang dikenal oleh orang Betawi, yaitu tipe Gudang, tipe Bapang, tipe Kebava dan, tipe joglo.
 Rumah tipe Gudang dan Bapang memiliki bentuk segi empat yang polos dan sangat sederhana.
 Rumah tipe Kebaya memiliki beberapa bagian;
1.Langkan yaitu bagian rumah yang berpagar rendah dan berfungsi sebagai serambi rumah, dibuat dari kayu atau bambu.
2.Ruang depan, biasanya terbuka setiap saat tanpa ada pintu yang menghalangi seseorang untuk masuk, yang melambangkan sifat orang Betawi yang terbuka dan ramah.
3.Balai-balai dari bambu, merupakan perlengkapan utama dan terdapat di ruang depan, fungsinya untuk menerima tamu.
4.Atap dan wuwungan, jika dilihat dari depan akan tampak berbentuk segi tiga sama kaki dengan tambahan pet sebagai penahan hujan atau panas, sedangkan dari samping akan tampak berbentuk trapezium. Bagian atap (wuwungan) pada pertemuan sisi kaki segi tiga sama kaki dengan sisi kaki trapesium disebut jurai. Jurai adalah genting yang dipasangkan atau dipaku pada ander sebagai penghubung sisi kaki segi tiga dengan sisi kaki trapesium untuk menahan air agar tidak masuk ke dalam rumah.
5.Jendela bulat yang biasanya terdapat disamping kiri atau kanan ruang depan ada yang ditutup dengan daun jendela, sering kali ditutup dengan jeruji. Jendela bulat yang dikenal oleh orang Betawi adalah sama sekali tidak menggunakan daun jendela ataupun jeruji yang disebut melompang.
6.Jendela intip, dua buah jendela yang terdapat dikiri kanan pintu masuk keruang dalam yaitu jendela berjeruji kayu berukir dan tidak berdaun jendela, fungsinya untuk mengintip tamu yang datang.
7.Lantai rumah, baik lantai tanah maupun lantai rumah panggung biasanya jauh lebih tinggi dari halaman rumah, maksudnya untuk menghindari masuknya air ke dalam rumah, sedangkan rumah panggung juga berfungsi untuk menghindari gangguan binatang atau gangguan tamu-tamu di malam hari yang bermaksud kurang baik.

Rumah tipe Joglo, beberapa bagian yang melengkapi adalah sebagai berikut;
• Ruang depan, merupakan ruang terbuka dengan kayu jati terukir sebagai langkannya dan berfungsi sebagai tempat menerima tamu.
• Ruang tamu perempuan, ruang tamu khusu untuk tamu wanita
• Ruang tidur atau pangkeng.
• Pendaringan, yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan tempayan berisi beras dan balai-balai kecil untuk meletakkan barang.
• Tapang, ruangan kecil dengan balai-balai yang berfungsi serba guna, di mana tersedia kendi dan peralatan minuman lainnya
• Dapur, di mana terdapat tungku tradisional dengan tiga lubang biasanya dari tanah liat.
• Kamar mandi, biasanya dilengkapi dengan padasan, sumur beserta senggotnya. Halaman rumah orang Betawi pada umumnya ditanami dengan berbagai macan tumbuhan. Apabila luas halaman rumah mencukupi maka beberapa jenis pohon yang biasa ditanam adalah ranbutan, nangka, kecapi, petai, jengkol, jamblang, duku, salak, tangkil, dan sebagainya. Diseputar rumah biasa ditanami pula dengan jenis tanaman perdu yang berfungsi sebagai "apotek hidup" antara lain jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, beluntas, dan lain sebagainya.

source: http://budaya-betawi.blogspot.com/2008/03/rumah-adat-betawi.html
Read more...

Wisata Laut

Terdiri dari sekitar 140 gugusan pulau-pulau kecil yang tersebar di perairan Teluk Jakarta dan merupakan kawasan wisata bahari.



Pulau-pulau Ayer, Putri, Pelangi, Sepa, dan Pantara telah dikembangkan sebagai “Resort Island”. Sarana-sarana transportasi, akomodasi serta fasilitas pendukung lainnya seperti peralatan untuk olah raga air dan selam juga tersedia.



Untuk mencapai Kepulauan Seribu, tersedia sarana transportasi laut yang bertolak dari dermaga Marina Jaya Ancol dengan waktu tempuh berkisar 1-2 jam. Selain itu terdapat pula ‘Taman Arkeologi’ di Pulau Onrust, Cipir, Kelor dan Bidadari. Keempat pulau itu menyimpan sisa-sisa peninggalan bangunan Belanda abad 17, meskipun sebagian besar kini tinggal puing-puing pondasinya saja. Onrust sendiri mulai dibangun tahun 1618 oleh Gubernur jenderal Jan Pieterszoon Coen. Selain dermaga, ia juga membangun galangan kapal dan kincir angina untuk menggerakan mesin pengergajian kayu. Sementaradi ketiga pulau lainnya Belanda membangun armada pertahanan artileri.



Salah satu benteng yang masih tersisa adalah benteng Martello di Pulau Kelor dan sebuah benteng di Pulau Bidadari. Sedang di Pulau Cipir berdiri sisa bangunan bekas sanatorium yang dibangun pemerinta tahun 1960.



Sarana akomodasi di Pulau Bidadari berupa guest house dengan sejumlah fasilitas permainan dan olahraga bahari. Untuk mencapai pulau bidadari dapat melalui paket perjalanan wisata atau dengan berpetualang sendiri melalui beberapa pelabuhan nelayan seperti Muara Angke, Muara Baru dan Tanjung Pasir dengan menyewa perahu nelayan yang berkapasitas 10 s/d 15 orang. Sedangkan untuk mencapai Pulau Onrust adalah melalui Muara Kamal dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.

Read more...

Sejarah Pemerintahan :D

Sejarah Pemerintahan
Pemerintah Propinsi DKI Jakarta

* Abad ke-14 bernama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan Pajajaran.
* 22 Juni 1527 oleh Fatahilah, diganti nama menjadi Jayakarta (tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari j adi kota Jakarta keputusan DPR kota sementara No. 6/D/K/1956).
* 4 Maret 1621 oleh Belanda untuk pertama kali bentuk pemerintah kota bernama Stad Batavia.
* 1 April 1905 berubah nama menjadi Gemeente Batavia � 8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia.

* 8 Agustus 1942 oleh Jepang diubah namanya menjadi Jakarta Toko Betsu Shi.
* September 1945 pemerintah kota Jakarta diberi nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta.
* 20 Februari 1950 dalam masa Pemerintahan. Pre Federal berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia.
* 24 Maret 1950 diganti menjadi Kota Praja Jakarta. � 18 Januari 1958 kedudukan Jakarta sebagai Daerah swatantra dinamakan Kota Praja a arta . aya.
* Tahun 1961 dengan PP No. 2 tahun 1961 jo UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.
* 31 Agustus 1964 dengan UU No. 10 tahun 1964 dinyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.

Walikota Dan Gubernur :

* Suwiryo, Walikota (1945 -1951)
* Sjamsuridjal, Walikota (1951- 1953)
* Sudiro, Walikota (1953- 1960)
* Dr. Sumarno, Mayjen TNI AD (Purn.),Gubernur (1960- 1965)
* Henk Ngantung, Gubernur (1-964 - 1965)
* H. Ali Sadikin, Letjen TNI AL/Marinir (Purn.),Gubernur (1966- 1977)
* H. Tjokropranolo, Letjen TNI AD (Purn.),Gubernur (1977 - 1982)
* R. Soeprapto, Mayjen TNI AD (Purn.),Gubernur (1982 - 1987)
* Wiyogo Atmodarminto, Letjen TNI AD (Purn.),Gubernur (1987 - 1992)
* Surjadi Soedirdja Gubernur ( 1992 - 1997 )
* Sutiyoso , Letjend ( Purn ) TNI AD Gubernur ( 1997 - 2007 )
* DR. Ing. H. Fauzi Bowo Gubernur (2007-2012)

Dalam struktur kepemerintahan, Provinsi DKI Jakarta terdiri dari lima wilayah Kotamadya yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat serta satu Kabupaten Administratif yaitu Kepulauan Seribu. Jakarta dikepalai oleh seorang Gubernur dibantu seorang Wakil Gubernur yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia melalui Menteri dalam Negeri.

Tiap Kotamadya dikepalai oleh seorang Walikota yang bertugas membantu mempersiapkan perencanaan wilayahnya, sedangkan Kabupaten Kepulauan Seribu dikepalai oleh Bupati. Masing-masing kotamadya dan kabupaten membawahi sejumlah Kecamatan dan Kelurahan.

Provinsi DKI Jakarta terdiri dari 43 Kecamatan dan 265 Kelurahan. Juga terdapat organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti Rukun Tetangga (RT) serta Rukun Warga (RW) yang berada dibawah pengawasan Kecamatan.



sumber: http://www.jakarta.go.id/jakartaku/pariwisata_budaya.htm
Read more...

Sejarah Batik :)

SEJARAH BATIK INDONESIA

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman Majapahit
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Didalam berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.
Jaman Penyebaran Islam
Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan agama.
Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.
Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia.
Batik Solo dan Yogyakarta
Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagamgan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan raj any a Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah didesa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombonasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah pembatikan keluar dari tembok kraton.
Akibat dari peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan kedaerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainy a. Meluasny a daerah pembatikan ini sampai kedaerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu.
Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.
Ke Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
Perkembangan Batik di Kota-kota lain
Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan menet-ap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.
Lama kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik. .
Sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad ke-XIX. Perkembangan pembatikan didaerah-daerah luar selain dari Yogyakarta dan Solo erat hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan Yogya dan Solo.
Meluasnya pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang Diponegoro dan banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo karena tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu membawa pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik terus dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian.
Corak batik di daerah baru ini disesuaikan pula dengan keadaan daerah sekitarnya. Pekalongan khususnya dilihat dari proses dan designya banyak dipengaruhi oleh batik dari Demak. Sampai awal abad ke-XX proses pembatikan yang dikenal ialah batik tulis dengan bahan morinya buatan dalam negeri dan juga sebagian import. Setelah perang dunia kesatu baru dikenal pembikinan batik cap dan pemakaian obat-obat luar negeri buatan Jerman dan Inggris.
Pada awal abad ke-20 pertama kali dikenal di Pekajangan ialah pertenunan yang menghasilkan stagen dan benangnya dipintal sendiri secara sederhana. Beberapa tahun belakangan baru dikenal pembatikan yang dikerjakan oleh orang-orang yang bekerja disektor pertenunan ini. Pertumbuhan dan perkembangan pembatikan lebih pesat dari pertenunan stagen dan pernah buruh-buruh pabrik gula di Wonopringgo dan Tirto lari ke perusahaan-perusahaan batik, karena upahnya lebih tinggi dari pabrik gula.
Sedang pembatikan dikenal di Tegal akhir abad ke-XIX dan bahwa yang dipakai waktu itu buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan: pace/mengkudu, nila, soga kayu dan kainnya tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik, dan kemudian meningkat menjadi warna merah-biru. Pasaran batik Tegal waktu itu sudah keluar daerah antara lain Jawa Barat dibawa sendiri oleh pengusaha-pengusaha secara jalan kaki dan mereka inilah menurut sejarah yang mengembangkan batik di Tasik dan Ciamis disamping pendatang-pendatang lainnya dari kota-kota batik Jawa Tengah.
Pada awal abad ke-XX sudah dikenal mori import dan obat-obat import baru dikenal sesudah perang dunia kesatu. Pengusaha-pengusaha batik di Tegal kebanyakan lemah dalam permodalan dan bahan baku didapat dari Pekalongan dan dengan kredit dan batiknya dijual pada Cina yang memberikan kredit bahan baku tersebut. Waktu krisis ekonomi pembatik-pembatik Tegal ikut lesu dan baru giat kembali sekitar tahun 1934 sampai permulaan perang dunia kedua. Waktu Jepang masuk kegiatan pembatikan mati lagi.
Demikian pila sejarah pembatikan di Purworejo bersamaan adanya dengan pembatikan di Kebumen yaitu berasal dari Yogyakarta sekitar abad ke-XI. Pekembangan kerajinan batik di Purworejo dibandingkan dengan di Kebumen lebih cepat di Kebumen. Produksinya sama pula dengan Yogya dan daerah Banyumas lainnya.
Sedangkan di daerah Bayat, Kecamatan Tembayat Kebumen-Klaten yang letaknya lebih kurang 21 Km sebelah Timur kota Klaten. Daerah Bayat ini adalah desa yang terletak dikaki gunung tetapi tanahnya gersang dan minus. Daerah ini termasuk lingkungan Karesidenan Surakarta dan Kabupaten Klaten dan riwayat pembatikan disini sudah pasti erat hubungannya dengan sejarah kerajaan kraton Surakarta masa dahulu. Desa Bayat ini sekarang ada pertilasan yang dapat dikunjungi oleh penduduknya dalam waktu-waktu tertentu yaitu “makam Sunan Bayat” di atas gunung Jabarkat. Jadi pembatikan didesa Bayat ini sudah ada sejak zaman kerjaan dahulu. Pengusaha-pengusaha batik di Bayat tadinya kebanyakan dari kerajinan dan buruh batik di Solo.
Sementara pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-XIX yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogya dalam rangka dakwah Islam antara lain yang dikenal ialah: PenghuluNusjaf. Beliau inilah yang mengembangkan batik di Kebumen dan tempat pertama menetap ialah sebelah Timur Kali Lukolo sekarang dan juga ada peninggalan masjid atas usaha beliau. Proses batik pertama di Kebumen dinamakan teng-abang atau blambangan dan selanjutnya proses terakhir dikerjakan di Banyumas/Solo. Sekitar awal abad ke-XX untuk membuat polanya dipergunakan kunir yang capnya terbuat dari kayu. Motif-motif Kebumen ialah: pohon-pohon, burung-burungan. Bahan-bahan lainnya yang dipergunakan ialah pohon pace, kemudu dan nila tom.
Pemakaian obat-obat import di Kebumen dikenal sekitar tahun 1920 yang diperkenalkan oleh pegawai Bank Rakyat Indonesia yang akhimya meninggalkan bahan-bahan bikinan sendiri, karena menghemat waktu. Pemakaian cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh Purnomo dari Yogyakarta. Daerah pembatikan di Kebumen ialah didesa: Watugarut, Tanurekso yang banyak dan ada beberapa desa lainnya.
Dilihat dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita yang turun-temurun dari terdahulu, maka diperkirakan didaerah Tasikmalaya batik dikenal sejak zaman “Tarumanagara” dimana peninggalan yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum didapat disana yang berguna un-tuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan dikerja-kan ialah: Wurug terkenal dengan batik kerajinannya, Sukapura, Mangunraja, Maronjaya dan Tasikmalaya kota.
Dahulu pusat dari pemerintahan dan keramaian yang terkenal ialah desa Sukapura, Indihiang yang terletak dipinggir kota Tasikmalaya sekarang. Kira-kira akhir abad ke-XVII dan awal abad ke-XVIII akibat dari peperangan antara kerajaan di Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan, Ba-nyumas dan Kudus yang merantau kedaerah Barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik daerahnya dan menuju kearah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya penduduk baru ini, dikenallah selanjutnya pembutan baik memakai soga yang asalnya dari Jawa Tengah. Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik asal Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang beraneka pola dan warna.
Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.
Motif batik hasil Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan. Sampai awal-awal abad ke-XX pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran. Sedang di daerah Cirebon batik ada kaintannya dengan kerajaan yang ada di aerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuahn dan Keprabonan. Sumber utama batik Cirebon, kasusnya sama seperti yang di Yogyakarta dan Solo. Batik muncul lingkungan kraton, dan dibawa keluar oleh abdi dalem yang bertempat tinggal di luar kraton. Raja-raja jaman dulu senang dengan lukisan-lukisan dan sebelum dikenal benang katun, lukisan itu ditempatkan pada daun lontar. Hal itu terjadi sekitar abad ke-XIII. Ini ada kaitannya dengan corak-corak batik di atas tenunan. Ciri khas batik Cirebonan sebagaian besar bermotifkan gambar yang lambang hutan dan margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena dipengaruhioleh alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina. Sementra batik Cirebonan yang bergambar garuda karena dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo.
Pembatikan di Jakarta
Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan dengan daerah-daerah pembatikan lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar didekat Tanah Abang yaitu: Karet, Bendungan Ilir dan Udik, Kebayoran Lama, dan daerah Mampang Prapatan serta Tebet.
Jakarta sejak zaman sebelum perang dunia kesatu telah menjadi pusat perdagangan antar daerah Indonesia dengan pelabuhannya Pasar Ikan sekarang. Setelah perang dunia kesatu selesai, dimana proses pembatikan cap mulai dikenal, produksi batik meningkat dan pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran baru. Daerah pasaran untuk tekstil dan batik di Jakarta yang terkenal ialah: Tanah Abang, Jatinegara dan Jakarta Kota, yang terbesar ialah Pasar Tanah Abang sejak dari dahulu sampai sekarang. Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar Tanah Abang dan dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-pedagang batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia sedikit dan kecil.
Oleh karena pusat pemasaran batik sebagian besar di Jakarta khususnya Tanah Abang, dan juga bahan-bahan baku batik diperdagangkan ditempat yang sama, maka timbul pemikiran dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka perusahaan batik di Jakarta dan tempatnya ialah berdekatan dengan Tanah Abang. Pengusaha-pengusaha batik yang muncul sesudah perang dunia kesatu, terdiri dari bangsa cina, dan buruh-buruh batiknya didatangkan dari daerah-daerah pembatikan Pekalongan, Yogya, Solo dan lain-lain. Selain dari buruh batik luar Jakarta itu, maka diambil pula tenaga-tenaga setempat disekitar daerah pembatikan sebagai pembantunya. Berikutnya, melihat perkembangan pembatikan ini membawa lapangan kerja baru, maka penduduk asli daerah tersebut juga membuka perusahaan-perusahaan batik. Motif dan proses batik Jakarta sesuai dengan asal buruhnya didatangkan yaitu: Pekalongan, Yogya, Solo dan Banyumas.
Bahan-bahan baku batik yang dipergunakan ialah hasil tenunan sendiri dan obat-obatnya hasil ramuan sendiri dari bahan-bahan kayu mengkudu, pace, kunyit dan sebagainya. Batik Jakarta sebelum perang terkenal dengan batik kasarnya warnanya sama dengan batik Banyumas. Sebelum perang dunia kesatu bahan-bahan baku cambric sudah dikenal dan pemasaran hasil produksinya di Pasar Tanah Abang dan daerah sekitar Jakarta.
Pembatikan di Luar Jawa
Dari Jakarta, yang menjadi tujuan pedagang-pedagang di luar Jawa, maka batik kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang ada di luar Jawa, daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang, adalah daerah yang jauh dari pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa berkembang didaerah ini.
Sumatera Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang dunia kesatu, terutama batik-batik produksi Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta Yogya. Di Sumatera Barat yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan yang terkenal “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”. Pembatikan mulai berkembang di Padang setelah pendudukan Jepang, dimana sejak putusnya hubungan antara Sumatera dengan Jawa waktu pendudukan Jepang, maka persediaan-persediaan batik yang ada pada pedagang-pedagang batik sudah habis dan konsumen perlu batik untuk pakaian sehari-hari mereka. Ditambah lagi setelah kemerdekaan Indonesia, dimana hubungan antara kedua pulau bertambah sukar, akibat blokade-blokade Belanda, maka pedagang-pedagang batik yang biasa hubungan dengan pulau Jawa mencari jalan untuk membuat batik sendiri.
Dengan hasil karya sendiri dan penelitian yang seksama, dari batik-batik yang dibuat di Jawa, maka ditirulah pembuatan pola-polanya dan ditrapkan pada kayu sebagai alat cap. Obat-obat batik yang dipakai juga hasil buatan sendiri yaitu dari tumbuh-tumbuhan seperti mengkudu, kunyit, gambir, damar dan sebagainya. Bahan kain putihnya diambilkan dari kain putih bekas dan hasil tenun tangan. Perusahaan batik pertama muncul yaitu daerah Sampan Kabupaten Padang Pariaman tahun 1946 antara lain: Bagindo Idris, Sidi Ali, Sidi Zakaria, Sutan Salim, Sutan Sjamsudin dan di Payakumbuh tahun 1948 Sdr. Waslim (asal Pekalongan) dan Sutan Razab. Setelah daerah Padang serta kota-kota lainnya menjadi daerah pendudukan tahun 1949, banyak pedagang-pedagang batik membuka perusahaan-perusahaan/bengkel batik dengan bahannya didapat dari Singapore melalui pelabuhan Padang dan Pakanbaru. Tetapi pedagang-pedagang batik ini setelah ada hubungan terbuka dengan pulau Jawa, kembali berdagang dan perusahaanny a mati.
Warna dari batik Padang kebanyakan hitam, kuning dan merah ungu serta polanya Banyumasan, Indramajunan, Solo dan Yogya. Sekarang batik produksi Padang lebih maju lagi tetapi tetap masih jauh dari produksi-produksi dipulau Jawa ini. Alat untuk cap sekarang telah dibuat dari tembaga dan produksinya kebanyakan sarung.

Read more...

Sejarah Pendek :P

Jakarta berawal dari sebuah pelabuhan kecil bernama Sunda Kelapa dan berada dibawah kekuasan dinasti Pajajaran, yaitu kerajaan Hindu terakhir di Jawa Barat. Sunda Kelapa adalah kota niaga dan menjadi pusat perdagangan internasional pada masa itu. Portugis merupakan bangsa pertama yang menginjakan kakinya di Sunda Kelapa pada tahun 1522 sebagai utusan Gubernur Malaka. Stelah mengadakan perjanjian mereka mendirikan Benteng di dekat muara Sungai Ciliwung atas izin penguasa Sunda Kelapa.

Tahun 1527 orang-orang Portugis tersebut kembali dengan membawa sebuah armada kecil tanpa mengetahui bahwa Sunda Kelapa sudah jatuh ke tangan Fatahillah, maka terjadilah pertempuran di sekitar Teluk Jakarta yang akhirnya dimenangkan oleh Fatahillah. Dan atas prakarsanya pada tanggal 22 Juni 1527 nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta yang artinya kemengan yang sempurna.

Daya tarik Sunda Kelapa sebagai pelabuhan dagang membuat bangsa-bangsa Belanda dan Inggris datang ke Jayakarta untuk melakukan misi dagang, dengan memanfaatkan setiap pengaruh dari setiap konflik yang terjadi antara penguasa lokal untuk mendapatkan keuntungan.

Belanda pertama kali datang ke Jakarta tahun 1596 dibawah pimpinan Cornelis de Houtman setelah mendirikan Vereenigde Oost-indische Compagnie (VOC). Hingga awal abad ke-16 para pedagang dari Belanda membuka pos perdagangan di Jayakarta. Pada akhir tahun 1618, Inggris menduduki pos perdagangan Belanda setelah berhasil mengambil simpati masyarakat setempat. Dibawah kepemimpinan Jan Pieterzoon Coen, perusahaan dagang Belanda atau VOC merebut kota Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia pada tahun 1619 dengan demikian Belanda memulai penjajahannya atas Indonesia selema lebih 3,5 abad sampai dengan kedatangan bala tentara Jepang pada tahun 1942.

"Setelah Batavia jatuh ketangan Jepang pada tahun 1942, namanya berubah menjadi Jakarta. Setelah Jepang menyerah kepada tentara sekutu pada tahun 1945, maka bangsa Indonesia mengumumkan kemerdekaannya. Setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, Jakarta ditetapkan sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian pada tahun 1950 menjadi Kotapraja dibawah pimpinan Walikota. Pada tahun 1964 statusnya dinaikkan setingkat menjadi provinsi dan disebut Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dibawah pimpinan Gubernur. Setelah diberlakukannya otonomi daerah, pada tahun 1999 Jakarta dikukuhkan menjadi Provinsi DKI Jakarta."

Read more...

Tempat Shopping :P

Beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta tidak saja sekedar menjadi deretan etalase barang-barang dagangan, namun lebih dari situ Jakarta memiliki Plaza, Mal dan Town Square yang dilengkapi dengan berbagai sarana rekreasi keluarga seperti bioskop, arena permainan elektronik serta pusat jajanan.


Plaza Indonesia/Sogo Plaza Semanggi, Plaza Senayan, Senayan City, Pasaraya Grande, Blok M, Mal Pondok Indah, Mal Kelapa Gading, Mal Artha Gading, dan Mal Taman Anggrek dan WTC Mangga Dua adalah surga bagi masyarakat Jakarta yang ingin berbelanja. Ada juga pusat belanja yang tidak kalah menariknya yang menawarkan harga yang relatif murah dan bersaing seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Cipulir, Pasar Senen dan Pasar Pagi Mangga Dua.



Batavia Passer Baroe

Sejak jaman kolonial Belanda, kawasan ini sudah menjadi lokasi bisnis. Kini Pasar Baru tidak saja dikenal sebagai tempat berbelanja, tetapi juga sebagai tempat wisata. Tak heran bila pasar yang sudah dikenal sejak tahun 1820 dengan sebutan Batavia Passer Baroe kini dijadikan sebagai obyek wisata di Jakarta.



Sepanjang Jalan Surabaya

Letaknya di Kecamatan Gondangdia – Menteng, Jakarta Pusat. Jalan sepanjang 500 meter ini terkenal sebagai pusat penjualan barang-barang antik, saat ini namanya sudah terkenal hinga manca negara. Banyak aneka ragam barang-barang yang dipasarkan seperti benda kerajinan, patung Asmat, mandau, tenun “ulos” hingga benda-benda yang terbuat dari kuningan dan perunggu seperti lampu antik kompas, vas bunga dan lain-lain.



Komputer Murah di Dusit Orion Mangga Dua

Merupakan pusat perbelanjaan di Utara Jakarta, penjualankomputer dan alat-alat elektronik adalah ciri khas pusat perbelanjaan ini. Toko komputer berada di lantai empat dan lima, sementara toko elektronik di lantai dasar sampai lantai tiga. Mangga Dua dikenal juga sebagai pusatnya komputer ‘jangkrk’ dan piranti lunak kopian.



Beli Ponsel di ITC Roxy Mas

ITC Roxy Mas merupakan pusat perdagangan telepon selular (ponsel) terbesar di Indonesia dan bisa jadi di Asia Tenggara. Lebih dari 450 kios pedagang ponsel meramaikan pusat perdagangan ini setiap harinya.

Read more...

Daftar Rumah Sakit ^o^


1. RS Cipto Mangunkusumo 330-808 / 337-507
2. Cikini DGI 336-961 / 310-7792 / 336-475
3. St. Carolus 390-4441
4. RS. Islam Jakarta 424-4308
5. RSPAD Gatot Subroto 344-1008 / 376-134
6. RSAL Dr. Mintoharjo 570-3081 / 570-3036
7. RS. Budi Kemuliaan 384-2828 / 384-4728
8. RS. Yarsi 424-1859
9. RS. Karantina 491-812
10. RS. Pelni 530-6906
11. RS. Ridwan Meuraksa 315-0535
12. RS. Thamrin 390-4422
13. RS Pondok Indah 769-7525
14. RS Pusat Pertamina 720-0290
15. RS Fatmawati 750-1524
16. RS MMC 520-3441
17. RS Jakarta 573-2241
18. RS Tebet 830-7540
19. RS Mata Aini 256-228 / 520-3866
20. RS Harapan Kartini 789-1843 / 780-4381
21. RS Atmajaya 669-1909 / 669-0771
22. RS Koja 498-478
23. RS Sukmul Jakarta 430-1269
24. RS Medika Griya 689-877
25. RS Sunter Agung 687-813 / 681-814
26. RS Husada 626-0108 / 649-0090
27. RS Sumber Waras 568-2011 / 568-4093
28. RS Jantung Harapan Kita 568-4085
29. RS Graha Medika 530-0887
30. RS Jiwa Jakarta 568-2842 / 568-2843
31. RS Tresna Pangestuti 548-1625 / 548-1262
32. RS Dharma Jaya 639-3627 / 659-7780
33. RS Persahabatan 489-1708
34. RS UKI 809-2317 / 809-2831
35. RS POLRI Kramat Jati 809-0559 / 809-3288
36. RS Mitra Keluarga Jatinegara 280-0666, 280-0777, 280-0888, 280-0999
37. RS AU Halim PK 472-3402 / 471-4973
38. RS Pasar Rebo 840-0109 / 840-1127

Read more...

Nomor-Nomor Penting >:O

SMS Pengaduan masyarakat terkait dengan masalah kesehatan: 9611
DKI JAYA 113
1.Polda Metro Jaya 570-9261
2.Polisi (piket) 525-0110 / 510-110
3.Pengaduan Polisi 110
4.Dinas Kebakaran 371-309 / 374-766
5.Informasi Layanan Pos 161
6.Pelayanan Gangguan PLN 123
7.Penerangan HIV/AIDS 163
8.Posko Bencana Alam 129
9.Ambulans 118
10.Komnas HAM 392-5230
11.PMI Jakarta 390-9422


DINAS KEBAKARAN
1.Dinas Kebakaran DKI 384-4215
2.Pemadam Kebakaran 113
3.Jakarta Selatan 769-4519 / 750-0113
4.Jakarta Barat 568-2284 / 566-6313
5.Jakarta Timur 858-2150 / 819-3443
6.Jakarta Utara 493-045 / 491-063
7.Jakarta Pusat 384-1216 / 344-1494
8.Tangerang 552-3676

Kalau anda mengalami atau menyaksikan tindak kejahatan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, hubungi segera petugas operasional Bakorstanasda Jaya melalui :
1.Radio panggil (starpage) dengan pesawat: 390-2222
2.Jakarta Pusat 19201
3.Jakarta Utara 19202
4.Jakarta Barat 19203
5.Jakarta Selatan 19204
6.Jakarta Timur 19205
7.Bekasi 19207

PELAYANAN MASYARAKAT
1.SAR 352-111
2.PRO BANJIR JAYA 819-7309
3.Informasi PAM JAYA 392-0133
4.Informasi Tol PT Jasa Marga 801-1735

POSKO BANJIR
1.Piket Tinggi DKI 384-7113
2.Jakarta Utara 430-1124 / 490-591
3.Jakarta Pusat 384-6608 / 380-3302
4.Jakarta Barat 566-8264
5.Jakarta Timur 819-2172 / 819-1509
6.Jakarta Selatan 722-0388
7.Bekasi 884-4232 / 884-233
8.Tangerang 552-367 / 552-3676

AMBULANS
1.Ambulans JKK 119
2.Ambulans Kecelakaan 118 / 334-030

Read more...

menanam 3000 pohon :)

BERITAJAKARTA.COM — 12-04-2010 16:50

Pembenahan 12 destinasi wisata pesisir di Jakarta Utara terus dilakukan. Sebanyak 3.000 pohon akan ditanam Suku Dinas (Sudin) Pertanian dan Kehutanan Jakarta Utara di titik-titik lokasi menuju kawasan wisata pesisir.

Nantinya, 3.000 pohon produktif tersebut akan disalurkan melalui kecamatan dan kelurahan yang berada di sekitar destinasi wisata pesisir Jakarta Utara. Dipilihnya, jenis pohon produktif tentunya diharapkan dapat membantu penghasilan warga sekitar destinasi wisata pesisir tersebut. "Penanaman pohon juga bertujuan mengurangi dampak pemanasan global," ujar Jaja Suarja, Kepala Sudin Pertanian dan Kehutanan Jakarta Utara, Senin (12/4).

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari pohon-pohon produktif itu, kata Jaja, teknik penanaman serta perawatan pohon, nantinya akan dibantu oleh penyuluh yang yang berasal dari Sudin Pertanian dan Kehutanan Jakarta Utara. "Dari panduan itu diharapkan, masyarakat dapat mengerti dan mempelajari perawatan yang baik," kata Jaja.

Ke-3.000 pohon produktif itu terdiri dari tiga macam tanaman produktif seperti mangga, jambu air, dan belimbing. "Masa produktifnya sekitar tiga tahun setelah penanaman. Jika perawatan dan penanganannya baik, maka hasilnya pun akan baik," ucap Jaja.

Rencana tersebut juga mendapat respon positif dari Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono. "Jelas rencana itu akan menambah hijaunya lingkungan serta akan menambah kenyamanan bagi wisatawan yang nantinya mengunjungi wisata pesisir," tandas Bambang.
Read more...

Menanam 3000 Pohon

BERITAJAKARTA.COM — 12-04-2010 16:50

Pembenahan 12 destinasi wisata pesisir di Jakarta Utara terus dilakukan. Sebanyak 3.000 pohon akan ditanam Suku Dinas (Sudin) Pertanian dan Kehutanan Jakarta Utara di titik-titik lokasi menuju kawasan wisata pesisir.


Nantinya, 3.000 pohon produktif tersebut akan disalurkan melalui kecamatan dan kelurahan yang berada di sekitar destinasi wisata pesisir Jakarta Utara. Dipilihnya, jenis pohon produktif tentunya diharapkan dapat membantu penghasilan warga sekitar destinasi wisata pesisir tersebut. "Penanaman pohon juga bertujuan mengurangi dampak pemanasan global," ujar Jaja Suarja, Kepala Sudin Pertanian dan Kehutanan Jakarta Utara, Senin (12/4).

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari pohon-pohon produktif itu, kata Jaja, teknik penanaman serta perawatan pohon, nantinya akan dibantu oleh penyuluh yang yang berasal dari Sudin Pertanian dan Kehutanan Jakarta Utara. "Dari panduan itu diharapkan, masyarakat dapat mengerti dan mempelajari perawatan yang baik," kata Jaja.

Ke-3.000 pohon produktif itu terdiri dari tiga macam tanaman produktif seperti mangga, jambu air, dan belimbing. "Masa produktifnya sekitar tiga tahun setelah penanaman. Jika perawatan dan penanganannya baik, maka hasilnya pun akan baik," ucap Jaja.

Rencana tersebut juga mendapat respon positif dari Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono. "Jelas rencana itu akan menambah hijaunya lingkungan serta akan menambah kenyamanan bagi wisatawan yang nantinya mengunjungi wisata pesisir," tandas Bambang.

Read more...

Masyarakat dan Kebudayaan Jakarta :P :P

Jakarta sebagai ibu kota negara R.I. merupakan kota terbesar dan paling padat penduduknya di seluruh Indonesia, dengan penduduknya sekitar sembilan juta yang terdiri dari berbagai bangsa dan suku-suku bangsa dari seluruh wilayah Indonesia. Keanekaragaman ditambah dengan pengaruh bangsa asing melahirkan keanekaragaman corak seni dan budaya. Beberapa lamanya daerah ini menjadi tempat berkumpulnya berbagai bangsa dan suku suku bangsa dan bermacam-macam adat istiadat, bahasa dan budaya daerah masing-masing. Berbaurnya suku-suku bangsa dari seluruh tanah air dengan bangsa lain seperti Cina, Arab, Turki, Persia, Inggris dan Belanda mengakibatkan terjadinya perkawinan di antara mereka, sehingga terjadilah perpaduan adat istiadat, budaya dan falsafah hidup hingga melahirkan corak budaya dan tata cara yang baru. Dengan demikian sejak abad ke 19 nampak suatu proto type etnis Betawi. Hal ini tergambar dalam cara dan kesenian masyarakat Betawi dimana ada pengaruh Arab, Cina, Portugis dan lain-lain.


Berbagai kesenian tradisional Betawi dapat berkembang dan digemari oleh masyarakat luas, bukan hanya oleh masyarakat Betawi. Kesenian Betawi tersebut antara lain Lenong dan Topeng Blantik. Keduanya merupakan seni drama tradisional. Juga seni tari seperti tari Topeng, Ondel-ondel, tari Ronggeng Topeng dan lain-lain. Seni suara dan seni musiknya adalah sambrah, rebana, gambang kromong, tanjidor dan sejenisnya, bahkan wayangpun ada, wayang kulit Betawi menggunakan bahasa dialek Melayu Betawi

Sistem perkawinan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi bebas memilih teman hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa tersebut dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orang tua kedua belah pihak sangat penting, karena orang tualah yang akan membantu terlaksananya perkawinan tersebut. Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya perkawinan adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi, bila sudah ada kecocokan, orang tua pemuda lalu melamarnya ke orang tua si gadis. Bila kedua belah pihak setuju, ditentukan hari untuk mengantarkan uang belanja-kawin yang biasanya diwakilkan kepada orang lain yakni kerabat kedua belah pihak. Pada hari yang telah ditentukan, dilakukanlah upacara perkawinan. Selesai dilakukan akad nikah, pemuda kembali ke orang tuanya, begitu pula dengan si gadis. Beberapa waktu kemudian diadakan upacara besanan, di mana pengantin laki-laki diarak ke rumah pengantin wanita. Dengan melalui upacara kenal jawab dengan irama pantun, diiringi irama rebana dan lagu-lagu marhaban barulah pengantin laki-laki diperkenalkan masuk rumah untuk menemui pengantin wanita dan duduk bersanding sebentar, kemudian pengantin laki-laki berdiri dan bergabung dengan orang-orang tua yang mengantarkan tadi. Sesudah upacara bersama ini maka pengantin wanita dapat mengikuti suaminya kembali ke rumahnya.

Komposisi penduduk Jakarta sangat beragam terdiri dari beberapa entitas etnis yang mendiami wilayah di DKI Jakarta (masyarakat local) diantaranya Sunda, Jawa, China dan penduduk asli Jakarta yang disebut “Orang Betawi,”. Selain entitas etnis dominan tersebut terdapat kelompok etnis besar masyarakat lainnya yang datang dari luar Jakarta diantaranya etnis Minangkabau, Batak, Manado dan Maluku dengan kepadatan penduduk 15.000 orang per kilometer persegi.

Meskipun Jakarta sebagai kota kosmopolitan, namun seni budaya yang berakar pada tradisi nenek moyang masih terus terjaga keberadaannya. Kesenian Ondel-ondel, Tanjidor, Lenong, upacara adat Perkawinan dan Khitanan masih sering ditemui di beberapa pelosok kota Jakarta-disamping keberadaan seni-seni tradisional yang dibawa oleh masyarakat pendatang seperti Kuda Lumping, Reog Ponorogo, Wayang Golek, Wayang Orang dan Ketoprak.

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan di Daerah Jagakarsa Jakarta Selatan merupakan wilayah yang masih menjaga kelestarian tradisi Betawi.

Pada waktu-waktu tertentu diadakan berbagai acara kesenian dan upacara adapt Betawi “Ngarak Pengantin Sunat”, pertunjukkan sandiwara tradisional Lenong, pentas musik Gambang Kromong dan bazaar-doeloe seperti : Dodol Betawi, Gado-gado, Nasim Uduk, Sayur Asem dan minuman spesifik yang disebut : Bir Pletok.
http://www.jakarta.go.id/jakartaku/pariwisata_budaya.htm

Read more...

Iklim Jakarta :D

Suhu di Jakarta tergolong panas dengan kelembaban udara yang tinggi. Musim hujan biasanya terjadi pada akhir bulan Oktober yang berakhir pada awal bulan Mei dengan tingkat curah hujan pertahun sekitar 1.791 mm. Antara bulan Desember hingga Februari biasanya curah hujan memiliki intensitas yang lebih tinggi.



Kelembaban udara pada pagi hari berkisar 80% dan akan turun pada siang hari sementara suhu udara rata-rata di Jakarta antara 250 C hingga 340 C.



Tingginya tingkat polusi udara di Jakarta, menyebabkan langit nampak cerah hanya dipagi hari dan cenderung berkabut menjelang siang hingga sore hari.

Read more...

Daftar Busway

Routes “Transjakarta” Corridors

CORRIDOR I • BLOK M – KOTA
(Distance: 12.9 kms, Shelter: 20)
Blok M – Sisingamangaraja – Jend. Sudirman – MH. Thamrin – Merdeka Barat – Majapahit – Harmoni Central Transjakarta
– Gajah Mada / Hayam Wuruk – Pintu Besar Selatan – Taman Stasiun Kota.


CORRIDOR II • PULO GADUNG – HARMONI
(Distance : 14.3 kms, Shelter : 22)
Pulogadung – Perintis Kemerdekaan – Letjend. Suprapto – Senen Raya – Kwini – Abd. Rahman Saleh – Pejambon – Merdeka
Timur – Perwira – Katedral – Veteran – Gajah Mada – Harmoni Central Transjakarta – Hayam Wuruk – Majapahit – Merdeka
Barat – Merdeka Selatan – Prapatan – Kramat Bunder – Letjend. Suprapto – Perintis Kemerdekaan – Pulogadung

CORRIDOR III • KALIDERES – HARMONI
(Distance : 18.7 kms, Shelter : 11)
Kalideres – Daan Mogot – Letjend. S. Parman CORRIDOR I • BLOK M – KOTA
(Distance: 12.9 kms, Shelter: 20)
Blok M – Sisingamangaraja – Jend. Sudirman – MH. Thamrin – Merdeka Barat – Majapahit – Harmoni Central Transjakarta
– Gajah Mada / Hayam Wuruk – Pintu Besar Selatan – Taman Stasiun Kota.

CORRIDOR IV • PULOGADUNG – DUKUH ATAS
(Distance: 11.85 kms, Shelter: 18)
Terminal Pulogadung – Pemuda – Pramuka – Tambak – Sultan Agung – Galunggung – Dukuh Atas

CORRIDOR V • KAMPUNG MELAYU – ANCOL
(Distance: 13.5 kms, Shelter: 21)
Kampung Melayu – Jatinegara Barat/Timur – Matraman Raya – Salemba Raya – Kramat Raya – Gunung Sahari – Ancol

CORRIDOR VI • RAGUNAN – KUNINGAN
(Distance : 13.3 kms, Shelter : 19)
Ragunan – Warung Buncit Raya – HR. Rasuna Said – Latuharhari

CORRIDOR VII • KAMPUNG MELAYU – KAMPUNG RAMBUTAN
(Distance : 12.8 kms, Shelter : 15)
Kampung Melayu – Otto Iskandardinata – Letjend. MT. Haryono – Letjend. Sutoyo – Jalan Raya Bogor – Kampung Rambutan

CORRIDOR VIII • LEBAK BULUS – HARMONI
(Distance: 26 kms)
Terminal Lebak Bulus – Pondok Indah – Permata Hijau – Jalan Panjang – Daan Mogot – Grogol – Harmoni Central
Transjakarta

Plan to Operate in the middle of 2008 • Corridors VIII – IX – X
CORRIDOR IX • PINANG RANTI – PLUIT
(Distance: 29.9 kms)
Pinang Ranti – Cililitan – Letjend. Sutoyo – Letjend. MT. Haryono – Jend. Gatot Subroto – Semanggi – Grogol - Jl S Parman-
Jl Prof Latumeten-Jl Jembatan Dua-Jl Jembatan Tiga-Pluit

CORRIDOR X • CILILITAN – TANJUNG PRIOK
(Distance: 19 kms)
Cililitan – Letjend. Sutoyo – Mayjend. DI. Panjaitan – Jend. A. Yani – Laks. M. Yos Sudarso – Tanjung Priok
Under Construction Plan to Operate in 2009• Corridors XI – XII – XIII – XIV – XV
CORRIDOR XI • KP.MELAYU – PULO GEBANG
CORRIDOR XII • PLUIT – TANJUNG PRIOK
CORRIDOR XIII • BLOK M – PONDOK KELAPA
CORRIDOR XIV • MANGGARAI – UI

CORRIDOR XV • CILEDUG – BLOK M
Read more...

Tragedi Tanjung Priok 1984

Mohammad Syarifuddin Maloko saat bersaksi di Pengadilan HAM Ad Hoc Jakarta. Syarifuddin mengatakan Kasus Tanjungpriok berawal dari penculikan empat temannya. Mereka diculik karena dianggap memimpin massa memprotes anggota Koramil yang masuk masjid tanpa mencopot sepatu.


Liputan6.com, Jakarta: Persidangan Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Tanjungpriok kembali digelar Pengadilan HAM Ad Hoc Jakarta, Senin (29/3). Sidang dengan terdakwa bekas Komandan Regu III Yon Arhanudse-06 Sutrisno Mascung ini mendengarkan kesaksian Mohammad Syarifuddin Maloko, mubalig yang dituduh bertindak subversif dan sempat dihukum selama 10 tahun. Sidang dipimpin Hakim Andi Samsan Nganro.

Dalam kesaksiannya, Syarifuddin mengatakan kejadian 12 September 1984 berawal dari penculikan empat temannya. Mereka diculik karena dianggap memimpin massa untuk memprotes anggota Komando Rayon Militer yang masuk masjid tanpa mencopot sepatu serta menyiram dinding masjid dengan air selokan. Dua hari kemudian dalam ceramah yang dihadiri lebih dari 4.000 jemaah, Syarifuddin dan beberapa ulama melayangkan protes atas penculikan tersebut.

Menurut Syarifuddin, usai acara itulah massa bergerak ke arah Markas Komando Distrik Militer dan Kepolisian Resor Jakarta Utara. Tapi para mubaliq tak ikut dalam rombongan tersebut. Belum lagi massa sampai di Polres Jakut, Syarifuddin mengaku, mendengar tembakan beruntun. Kemudian dia dan para mubalig lainnya menyelematkan diri serta menginap di rumah warga.

Syarifuddin menambahkan, dirinya ditangkap beberapa bulan kemudian setelah aksi massa itu dan dipenjara pada 1986. Setelah dibebaskan, dia mengaku ikut memprakarsai berdirinya Solidaritas Nasional atas Peristiwa Tanjung Priok (Sontak). Lembaga ini kemudian melakukan investigasi dan menemukan sejumlah data mengenai peristiwa tersebut.

Satu data penting yang didapat Sontak di antaranya mengenai pembuangan mayat korban Tanjungpriok ke Pulau Seribu dan Pulau Ular. Data diperoleh lewat surat yang dikirim seorang penerbang helikopter dari TNI Angkatan Darat. Sang pilot mengatakan, pada malam setelah peristiwa Tanjungpriok dia mendapat instruksi pimpinan untuk menerbangkan mayat korban Tanjungpriok ke pulau itu

Read more...

Suku Betawi

Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa



Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.

Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.

Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.

Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional. Hal ini terjadi karena pada abad ke-6, kerajaan Sriwijaya menyerang pusat kerajaan Tarumanagara yang terletak di bagian utara Jakarta sehingga pengaruh bahasa Melayu sangat kuat disini.

Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.

Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupun sebetulnya, ’suku’ Betawi tidaklah pernah tergusur atau digusur dari Jakarta, karena proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi Nusantara.

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.

Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini .

Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.

source: Wikipedia - Suku Betawi



Read more...

Suku Batak

Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Karo, Pakpak, Dairi, Toba, Simalungun, Mandailing, dan Angkola.



Sebagian orang Batak menganut agama Kristen dan sebagian lagi beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim (pengikutnya biasa disebut dengan Parmalim) dan juga penganut kepercayaan animisme (disebut Pelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.


Sejarah

Topografi dan alam Tapanuli yang subur, telah menarik orang-orang Melayu Tua (Proto Melayu) untuk bermigrasi ke wilayah Danau Toba sekitar 4.000 - 7.000 tahun lalu. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang-orang Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke Sumatera dan Filipina sekitar 2.500 tahun lalu, dan kemungkinan orang Batak termasuk ke dalam rombongan ini. Selama abad ke-13, orang Batak melakukan hubungan dengan kerajaan Pagaruyung di Minangkabau yang mana hal ini telah menginspirasikan pengembangan aksara Batak.

Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kamper yang diusahakan oleh petani-petani Batak di pedalaman. Produksi kamper dari tanah Batak berkualitas cukup baik, sehingga kamper menjadi komoditi utama pertanian orang Batak, disamping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kamper banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal.


Penyebaran Agama

Masuknya Islam

Dalam kunjungannya pada tahun 1292, Marco Polo melaporkan bahwa masyarakat Batak sebagai orang-orang "liar yang musyrik" dan tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama dari luar. Meskipun Ibn Battuta, mengunjungi Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan Sultan Al-Malik Al-Dhahir, masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak.Pada masa Perang Paderi di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola. Namun penyerangan Paderi atas wilayah Toba, tidak dapat mengislamkan masyarakat tersebut, yang pada akhirnya mereka menganut agama Protestan.Kerajaan Aceh di utara, juga banyak berperan dalam mengislamkan masyarakat Karo, Pakpak, dan Dairi.

Misionaris Kristen

Pada tahun 1824, dua misionaris Baptist asal Inggris, Richard Burton dan Nathaniel Ward berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman Batak.Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi Silindung dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat Batak. Pada tahun 1834, kegiatan ini diikuti oleh Henry Lyman dan Samuel Munson dari Dewan Komisaris Amerika untuk Misi Luar Negeri.

Pada tahun 1850, Dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner van der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak - Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.

Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861, dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh P. H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di Medan pada tahun 1893. Menurut H. O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak kaku, dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.

Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Nasrani dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme Hindia-Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat.

Gereja HKBP

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah berdiri di Balige pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) didirikan.

Kepercayaan

Sebelum suku Batak menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.

Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:

* Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
* Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
* Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.

Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka. Ada juga kepercayaan yang ada di Tarutung tentang ular (ulok) dengan boru Hutabarat, dimana boru Hutabarat tidak boleh dikatakan cantik di Tarutung. Apabila dikatakan cantik maka nyawa wanita tersebut tidak akan lama lagi, menurut kepercayaan orang itu.

Kekerabatan

Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan wilayah pemukiman (teritorial).

Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan wilayah pemukiman yang terlihat dari terbentuknya suatu tradisi adat-istiadat di setiap wilayah. Bagi orang Batak yang bermukim di wilayah Mandailing, misalnya, terbentuk suatu tradisi adat-istiadat yang memiliki corak tersendiri dibandingkan dengan adat-istiadat suku Batak yang bermukim di Toba, walaupun marga-marga yang bermukim di Mandailing dan Toba banyak yang sama, seperti marga Siregar, Lubis, Hasibuan, dan Batubara.

Untuk menggambarkan betapa kedua bentuk kekerabatan ini memiliki daya rekat yang sama, ada perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. Artinya, semua orang mengakui bahwa hubungan garis keturunan adalah sudah pasti dekat, tetapi dalam sistem kekerabatan Batak lebih dekat lagi hubungan karena bermukim di satu wilayah.

Falsafah dan Sistem Kemasyarakatan

Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni Tungku nan Tiga atau dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu, yakni Hula-hula, Dongan Tubu dan Boru ditambah Sihal-sihal. Dalam Bahasa Batak Angkola Dalihan na Tolu terdiri dari Mora, Kahanggi, dan Anak Boru

* Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak). Sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).

* Dongan Tubu/Kahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya terkadang saling gesek. Namun pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.

* Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun burfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.

Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifak kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.

Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raji no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.

Tarombo


Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum laki-laki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

Kontroversi

Belakangan sebagian orang Simalungun, Karo, Angkola, dan Mandailing tidak menyebut dirinya sebagai bagian dari suku Batak. Dalam sensus penduduk tahun 1930 dan 2000, pemerintah mengklasifikasikan Simalungun, Karo, Toba, Mandailing, dan Angkola sebagai etnis Batak.


Read more...